MEDITASI



MEDITASI 

Meditas atau Samadi bisa juga disebut bertapa. Apa pengertianya? Meditasi adalah : Tatacara para leluhur untuk menghayati Kuasa Tuhan untuk meraih terang rohani, manusia hidup terdiri dari jasmani dan rohani ( jiwa dan raga ) untuk menghidupi jasmani kita memerlukan makanan empat sehat lima sempurna, sedangkan untuk menghidupi rohani kita memerlukan pemahaman tentang Ngelmu dan kawruh apa itu rohani. Manusia hidup mempunnyai raga, di dalam raga terdapat : Roh, Nyawa, Jiwa, dan Sukma.

 

- Roh : adalah benih hidup pribadi yang berbadan rohani yang belum punya fungsi hidup dalam mahkluk.

 

- Nyawa : adalah daya hidup yang punya fungsi menghidupi roh dalam mahkluk. Nyawa yaitu daya pelengkap atau badan alus yang di namakan sedulur papat, dan bukan merupakan daya hidup. Nyawa adalah Ana

 

- Jiwa : adalah Sukma dengan sifat, naluri, dan nafsu badan, yang menghidupi raga menjadi pribadi di dunia ini (aktif)


- Sukma : Yaitu Roh, benih hidup dalam perincian yang punya fungsi hidup dalam mahkluk. Dimana keberadaanya membuat pangkal aktivitas jiwa sebagai sarana (pasif).

 

Setelah kita memahami tentang kesejatian diri, maka kita harus menghayati lewat laku, salah satunya adalah Meditasi.

 

Meditasi adalah salah satunya sarana untuk meredam hawa nafsu. Hawa adalah daya hidup yang mendorong keinginan. Nafsu adalah reaksi dari keinginan untuk merefleksikan kehendak. Pangkal dari hawa nafsu dari Panca indera.

 

Maka para pelaku meditasi biasanya mencari tempat yang sunyi agar panca indera tidak terpengaruh oleh sesuatu yang bisa membangkitkan hawa nafsu, sehingga bisa mencapai penghayatan tentang kuasa Tuhan yang di inginkan. Pada dasarnya Meditasi itu tidak memerlukan ruang dan waktu, karena meditasi bisa dilakukan sambil apa saja dan dimana saja. Tetapi dalam penghayatan ruang dan waktu kita perlukan. Karena segala penghayatan itu berhubungan dengan Rasa.

 

Peristiwa rasa adalah:

 

1 Menanggapi perangsang hati dari indera, juga menanggapi intuisi1 2 Merasa, menggagas, menyadari (ngrumangsani, ngerteni ).

 

Dalam pemahaman ajaran yang disampaikan Pakde Jayeng Pangudhar nalar, Sikap meditasi semuanya ada 11 sikap.

 

Sikap dalam ajaran Sumarah Purba ada 9 antara lain :

 

1. Meditasi Pasrah I (pertama) Kunci Pasrah : Timur atau wetan (wiwitan) = Angin (Alam Sonya) : HA, NA, CA, RA, KA

 

2. Meditasi Pasrah II (kedua) PC : Selatan ( Kidul ) Air ( Banyu ) (Alam Sonya Ruri ) = DA, TA, SA, WA, LA

 

3. Meditas Pasrah III (ketiga) PKS : Barat ( Kulon ) Api (geni) (Alam Ruri Sonya) = PA, DHA, JA, YA, NYA

 

4. Meditasi Pasrah ke IV (keempat) GK : Utara ( Lor ) Tanah (Bumi) (Alam Ruri-ruri Sonya ) = MA, GA, BA, THA, NGA

 

Sedangkan ke 5 sikap menunjukan sikap Semedi 5 ( Lima ) yang tidak di ajarkan dalam ajaran, melainkan harus kita temukan sendiri dengan laku. Kelima sikap itu mengarah kepada sikap Pandawa Lima antara lain sikap

 

1. Puntadewa

 

2. Werkura

 

3. Harjuna

 

4. Nakula

 

5. Sadewa.

 

Ditambah dua sikap lainmya yaitu:

 

1. Sikap Shinta

 

2. Sikap Watugunung

 

Semuanya terdapat 11 sikap dalam ajaran untuk menghayati kuasa Tuhan untuk menuju Alam Kelanggengan. Inilah sikap ajaran yang harus kita pahami dan kita hayati untuk mencapai Kasampurnan jati.

 

Dalam ajaran Jawa Kuna ada sikap-sikap yang mengajarkan laku meditasi bisa dilakukan dengan waktu tertentu. Seperti pagi hari, sore hari, dan malam hari.

 

Pagi hari meditasi dilakukan saat bangun tidur diantara jam 05 sampai 06.

 

Kemudian meditasi dilakukan sore hari menjelang atau saat matahari terbenam antara jam 17.30 sampai jam 18.00.

 

Kemudian meditasi dilakukan saat tengah malam jam 00.00 atau jam 24. 00 wib.

 

Jika kita bisa dan terbiasa melakukan meditasi ajaran jawa Kuna ini maka secara tidak langsung kita diajarkan tentang Dumadinya Alam dari Purwa, Madya dan Wusana, begitu juga dengan ajaran tentang Sangkan Paraning Dumadi tentang Babar, Beber, dan Bubar. FASE ( TAHAPAN ) MEDITASI JAWA KUNA Jika di atas sudah saya paparkan tentang meditasi bisa dilakukan kapan saja, dan dimana saja, sambil apa saja, itu semua tidak terlepas dari waktu. Sonya (suwung) dalam arti lerem – meleremkan panca indera terutama hawa nafsu kita. Jika kita mengacu kepada ajaran jawa kuna meditasi itu bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti pada waktu: 1. Pagi hari atau bangun tidur pagi antara jam 05 sampai 06 wib. Dinamakan Samadi mapak Sang Hwang Surya (terbitnya matahari), pengertianya: apabila kita meditasi saat bangun tidur antara jam yang sudah ditentukan itu maka tanpa kita sadari menghirup udara segar atau oksigen yang masih murni belum tercampuri oleh polusi, apalagi kalau meditasinya dilakukan di alam terbuka.

 

Secara Spiritual panca indera, akal, termasuk cipta, rasa, karsa kita masih lerem atau sumeleh, sehingga lebih mudah mendapatkan energi positip yang berada antara cahaya ruang yang berdimensi antara panjang lebar dan dalam. 1 Sore hari menjelang malam antara jam 17.30 sampai 18.30 wib.

 

Di namakan Samadi Suruping Surya (matahari terbenam). Pengertianya : Samadi pada saat suruping surya merupakan bentuk ucapan terimakasih dalam keseharian diberikan energi melalui dari ruang dan waktu sehingga bisa menghantarkan pergantian waktu antar siang dan malam, semua ini menjadi rahasia alam. Rahasia panjing suruping surya merupan energi yang sangat kuat apa bila kita bisa melakukan meditasi di jam yang sudah ditentukan itu. 2 Malam hari tepat jam 00.00 atau 24.00 wib. Dinamakan Samadi Madya ratri. Meditasi di tengah malam hari merupakan titik nol atau (Das) yaitu titik nadir manusia untuk lebih mendalami tentang hidup dalam kesunyian. Jika kita jeli dan peka terhadap sasmitaning Gaib maka tepat jam 00.00 wib. Semesta akan memberikan isyarat suara yang berbunyi Hingsun, menandakan pergantian waktu, hari dan kehidupan. Perlu kita ketahui kehidupan sehari itu lamanya Cuma 24 jam tidak lebih juga tidak kurang dalam perhitungan waktu. Ketiga ajaran Samadi dalam ajaran Jawa Kuna ini merupan dari sanepan perjalanan hidup manusia. Contoh Purwa, Madya dan Wusana, alias Babar, Beber dan Bubar.

 

Ini menurut pakde Jayeng Pangudhar Nalar. Melakukan meditasi seprti yang saya sampaikan di atas akan memudahkan kita memasuki alam Sonya atau alam Sang Hyang Taya hingga bisa lebur di dalamnya. Tidak ada pagi, siang sore yang ada hanya kegelapan yang menerangi batin dengan cahaya Sang Hyang Taya. Bagaimana kegelapan bisa menerangi? Ungkapan hati “hanya kegelapan yang bisa menerangi” yang saya maksudkan agar kita tidak lagi berpihak pada terang saja, dan membenci gelap. Jika kita renungkan sumber kehidupan adalah kegelapan, dan dari inti gelap itu tidak ada warna.

 

Dalam gelap bisa menetralkan apa saja. Maka sebenarnya ajaran jawa kuna termasuk para pelaku spiritual itu adalah pemuja kegelapan, agar cahaya batin mendapatkan terang rohani yang menerangi jiwanya. Terminologi/tatacara meditasi bisa dilakukan dengan cara :

 

Sembahyang : - Sembahyang dilakukan dengan menundukkan jiwa di hadapan Gusti Kang Maha Suci dan menyadari bahwa keberadaanNya ada di dalam diri kita dalam seluruh gerak dan hidup kita.

 

Manembah : - Manembah yang terkait dengan kata sembah, sembah kita kepada Bapa Ibu dan Gurunadi, juga kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi dengan cara menundukkan jiwa dengan kesadaran penuh bahwa keberadaan kita dan alam semesta ini adalah CiptaanNya.

 

Maneges : - Maneges adalah menegaskan kesadaran bahwa semua yang Dumadi termasuk keberadaan Gusti yang bertahta ada di dalam diri kita. Mangening : - Mangening berasal dari kata wening (mengerti) tentang sejatinya hidup yang berarti jernih untuk memurnikan jiwa.

 

Manekung : - Manekung yaitu manembah kang linangkung maksudnya menundukkan jiwa kepada Gusti Kang Maha Linangkung segalanya (tidak ada yang menyamainya)